Pepustakaan Impian Ambar
Rasanya kepalaku mau pecah saat meladeni omongan ambar padaku. Dia tak henti membahas hal yang tak penting padahal aku sudah bosan mendengarnya. Itulah kesan pertama yang dia berikan kepadaku dan Aku juga masih ingat saat pertama kali ambar datang kerumahku. Itu adalah mimpi burukku yang tak pernah aku banyangkan sebelumnya. Ambar berasal dari kabupaten OKU Selatan yang ada di Sumatera Selatan. Memang kesulitan ekonomi harus membuat dia tinggal dirumahku. Orang tua ambar dulu telah banyak membantu keluarga ayah waktu dikampung itu adalah teman dekat ayahku sewaktu SMA.
“apa kabar kamu nit? Kamu msih ingatkan sama aku??” tanya ambar ketika dia menyapaku. Waktu itu aku sedang santai menonton tv. “emang sih kita belum pernah ketemu lagi sejak terakhir keluargaku berkunjung delapan tahun yang lalu,maklum keluarga ku gak berpunya. Tapi aku masih ingat sama koq waktu kita kecil dulu, kamu dulu terlihat cantik dan lucu”. Aku masih diam dan lebih memfokuskan untuk menonton tv.
“rambut kamu dulu sebahu dengan poni selamat datang dikening kamu”,lanjutnya dengan menahan tawa,tentu saja membuatku sebal setengah mati. “ mendingan aku,dari pada kamu kulit hitam dan rambut ikal nggak jelas!!” kataku saat meninggalkannya.
Terlihat lima kardus berjejer diruang keluarga ketika aku hendak makan malam harinya. “Kardus-kardus apaan ini?”tanyaku kepada mbok jum. “maaf ya,ini tumpukan buku-buku aku” kata ambar tiba-tiba muncul disampingku. “singkirin deh, aku mau lewat. Mataku gak nyaman banget kalo ada kardus-kardus kamu disini risih aku ngeliatnya!” kataku datar dengan nada yang menyakitkan hati. Ambar hanya tersenyum tak enak hati. Begitulah ambar saatku kasari dengan banyak cara. Bahkan dia juga mendekatiku dan mengajakku bercerita humor. Tapi aku tak tertarik sama sekali meski aku juga pernah tergelitik dan menahan senyumku.
Sosok ambar punya satu impian diusianya tak jauh beda denganku. Ambar ingin sekali memiliki pepustakaan kecil atau taman bacaan. “buat apa kamu pengen punya perpustakaan segala?”tanyaku pura-pura cuek padahal jelas-jelas aku sangat ingin mengetahuinya. Dari balik mataku, aku melihat mata zia berkaca-kaca sambil menjawab,”karena itu momen indah buatku kalo itu terwujud”.
“momen indah kamu?”tanyaku lagi. “aku ingin anak-anak yang sama nggak beruntungnya denganku atau malah yang jauh nggak beruntung dari aku bisa mendapatkan wawasan dengan koleksi-koleksi buku yang aku punya”. Sungguh menyentuh hatiku saat aku mendengar ucapannya membuatku merasa rendah dihadapannya. Itulah pertama kali aku ngobrol panjang setelah setahun dia tinggal dirumahku.
Keesokkan harinya,saat aku pulang les rumah terlihat sepi termasuk ambar pun gak ada yang ada hanya mbok jum. “mbok,semua orang pada kemana sih??terus kenapa mang diman nggak jemput aku ketempat les?”tanyaku.
“anu non... nyonya sama tuan pergi kerumah sakit dianterin mang diman”,jawab mbok jum. “rumah sakit?? Emang siapa yang sakit mbok??tanyaku ingin tahu. “non ambar sakit,non”,jawab mbok jum cepat.
“ambar? Dibawa kerumah sakit mana dia mbok??”tanyaku lagi. “rumah sakit harapan kita,non”jawab mbok. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung keluar mencari taksi menuju kerumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit, aku tak tahan melihat keadaan ambar yang begitu terlihat menderita. Tanpa sadar aku menanggis melihat perjuangan ambar untuk bernapas dengan menggunakan ventilator. Penyakit itu sudah menyerang otot paru-paru ambar sudah lama.
“ma, ambar sakit apa??”tanya anita pada mama.
Ambar hanya mengedipkan mata pada seluruh keluargaku termasuk aku sebagai tanda dia memahami kalau dialah yang sedang jadi bahan omongan. Kondisi ambar sudah parah!!
Ternyata ambar terkena penyakit guillain barre syndrome yaitu penyakit yang menyerang saraf motorik dari bagian tubuh hingga menjalar keseluruh tubuh sehingga membuat paru-paru ambar bocor dan tak berdaya.
Tampaknya dia sudah agak mendingan hingga dia bisa menikmati tidurnya. Aku melihatnya dari kaca pintu ICU tempat dia dirawat.
“kasian ambar??dia anak yang ceria dan pintar disekolah...oh ya ma..om dan tante udah d kabarin??”tanyaku kepada mama.
Mama menggeleng.”ambar nggak mau,kalo om dan tantemu tau tentang hal ini”.
“tapi kenapa?”tanyaku lagi.
Belum sempat dijawab pertanyaanku,tiba-tiba ambar menjerit histeris.
“mama, ambar!!”
Para perawat dan dan dokter saling berkerja sama untuk memulihkan kesadaran ambar yang menghilang akibat penyakitnya kambuh lagi. Pemandangan kesakitan ambar seperti kiamat bagiku. Demi tuhan, kalo ambar diberi kesempatan sembuh,aku pasti akan meladeni cerita-ceritanya dan membatu mewujudkan impiannya untuk mempunyai perpustakaan. “Aku sayang kamu ambar,” gumamku sambil menanggis.
Keesokan harinya...
Banyak orang yang menggunakan pakaian hitam dan berkerudung hitam ketika menggiringi tubuh kaku ambar menuju tempat peristirahatannya yang terakhir. Ambar meninggal stelah sepuluh menit sejak jeritannya semalam.
Ambar boleh saja meninggalkan dunia tapi semangat dan impiannya akan ada dalm hatiku dan akanku wujudkan impiannya untuk memiliki perpustakaan seperti apa yang dia katakan.